Supir Taksi vs Pak Polisi

Seperti biasa, pagi ini aku berangkat ke kantor di daerah benhil pukul 6.00 pagi. Karna bis jurusan Blok M – Cileungsi yang ditunggu tak kunjung tiba, aku naik mobil omprengan (mobil pribadi yg menawarkan tumpangan kepada org2 bekerja yg searah).

Ketika mobil keluar tol di dpn komdak (polda), aku melihat di sebelah mobil kami, ada taksi yang tidak sengaja menyenggol polisi yg melintas di depan taksi tersebut. Kontan, sang polisi itu marah karna merasa tidak dihargai.
Dengan tatapan dingin, pak polisi menyuruh supir taksi keluar dan meninggalkan taksinya. Panik, supir taksi yang sudah setengah baya itu memohon-mohon kepada pak polisi itu sambil menelungkupkan tangannya. Penumpang taksi itu pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dan akhirnya pak supir itu pun keluar dari taksinya untuk menghadapi pak polisi yg setengah marah itu.

Astagfirullah, aku tau ini sebagai pembelajaran bagi pengguna jalan yg lain supaya jangan lengah saat di jalan raya. Tapi, apakah harus seperti itu caranya?
Dengan wajah yg mengiba, si bapak supir taksi itu sudah meminta ampun.. Tidakkah ada sedikit kebaikan di hati pak polisi tsb.

Aku membayangkan, bagaimana bila supir taksi itu sedang dalam masalah/kesulitan sehingga tidak sengaja menyenggol pak polisi. Lagipula tidak terlalu keras /kencang koq..
Langsung terlintas dalam benakku, bagaimana bila supir taksi itu adalah ayahku.. Astagfirullah,,

Pikiranku pun melayang membayangkan wajah lelah ayahku, bagaimana kerasnya beliau bekerja untuk menghidupi keluarganya, membiayai kebutuhan keluarganya..
Meskipun, wajah dan tubuhnya lelah tapi ketika di rumah beliau tidak menampakkan kelelahannya kepada kami, anak-anaknya..

Beliau masih bersenda gurau dengan kami.. Masih mendengarkan keluh kesah kami..
Maafkan kami papa, Maafkan aku pa..
Jika selama ini aku belum menjadi anak yang engkau banggakan, yang bisa membahagiakan engkau..

I proud to be your daughter, paa..

Luv you coz Allah, Paa..

Subhanallah, cara Allah mengingatkan aku sungguh unik.. Allah ingin mengingatkanku tentang perjuangan ayah, tentang kesabaran beliau menghadapi berbagai permintaan kami, tentang betapa kurangnya aku berterima kasih pada Ayahku.. Terima kasih ya Rabbil Izati..


0 komentar:

Posting Komentar

@cindhinouvie | 2009. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / A Whole My World

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger